Sudah lebih dari
sepekan umat Islam melaksanakan ibadah shaum
ramadhan, untuk beberapa orang, shaum
kali ini mungkin sudah merupakan yang kesekian kalinya, bukan hanya belasan
tapi puluhan kalinya. Walaupun demikian, ramadhan tetap merupakan hal yang
ditunggu.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigl8lJtlBb0RRTI3QnnqXSoNT-2Zx8S5iUObitGfxLO-4ajwfIMet1OyJOa5goejYULkVUkCF_5BJKgWCsH_9WPYsEJvudFnNUdCYhyNyP3wR6ItgIP-W0tRCvsSt_KBWGRbNcefbe_L8/s320/rambupuasa.jpg)
Kekeliruan yang
dimaksud adalah kekeliruan masyarakat dalam pemakaian kata puasa yang disandarkan pada bulan ramadhan. Hal ini merupakan kekeliruan yang dapat mempengaruhi
keadaan psikis masyarakat dan juga bias berambas besar bagi kemurnian ibadah
shaum kita.
Bila melihat pada
kamus, atau beberapa sumber bacaan, kata puasa
berasal dari kata “upawasa” yang digunakan oleh umat Hindu untuk salahsatu
peribadatan mereka, upawasa berarti
“menyiksa diri”, sehingga bentuk dari peribadatan itu sendiri memang bermotif
dan bertujuan untuk menyiksa si pelaku itu sendiri, karena itu kita sering
mendengar da puasa yang dilakukan selama 40 hari 40 malam, yang didalamnya full dilarang makan, minum, hingga
melakukan aktifitas suami istri.
Sedangkan kata shaum atau shiyam, yang digunakan di dalam Islam, berasal dari bahasa arab Shaama-Yashuumu yang berarti menahan,
lebih rincinya lagi menahan dari makan, minum, jima’ dan yang lainnya pada
waktu siang hari dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
(Al-Asqalani, 2: 150, Sabiq, 1995: 319). Dari pengrtian diatas jelas perbedaan
antara makna puasa dan shaum.
Selain dari segi makna,
dari segi realita pun puasa dengan shaum ada beberapa berbedaan. Pertama, dalam puasa tidak dperbolehkan
berbuka pada waktu malam, sebaliknya, di dalam Islam ketika shaum justru
dilarang melakukan wishal (tidak berbuka) (HR Muttafaq Alaih). Kedua, di dalam puasa atau upawasa tidak
boleh makan, minum, dan bercampur pada waktu malam, meski itu selama 40 hari
berturut-turut, sedangkan di dalam Islam, ketika shaum, kita boleh makan,
minum, bahkan melakukan hubungan suami istri pada waktu malamnya, termasuk di
bulan ramadhan ini. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat
187:
أُحِلَّ
لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ
وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ... وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ
الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ من الفجر...الأية
“dihalalkan
bagimu pada malam hari shiyam bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamu pakaian bagi mereka … Makan dan minumlah hingga jelas bagimu
(perbedaan) benang putih dan benang hitam, yaitu fajar….”
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkZMmBGxw9ySEWdXdcnvFx3Cnzp9xVQYpLBcwkHAIjybR4OI8YCuGSrhMXzqK6j544KkoPBHdmtSbbT2AtcDeYH565mKoi0cUET6iLsENCMBsmS93lufoan4JxwREUohsrgr87vY4MYdQ/s1600/ramadhan.gif)
Dengan perbedaan ini,
tentunya kita selaku umat Islam harus membiasakan diri melakukan segala
syariatnya dengan menyeluruh, termasuk dalam hal penamaan amalan ibadah kita,
karena sekali lagi penamaan pun akan memberikan dampak pada keadaan psikis,
dengan menamakan puasa, maka image
dari ibadah shaum di bulan ramadhan pun menjadi jelek, sebuah ajang penyiksaan
diri yang tentunya bagi anak-anak dan orang awam akan menjadi salah satu
penyebab enggannya mereka shaum di bulan mulia ini. Tetapi dengan menggunakan
kata shaum, selain menggunakan bahasa yang seharusnya, semangat dalam
penunaiannya dan mengharap ridha dari Allah menjadi bertambah. Ini menjadi
tanggung jawab kita semua, bukan hanya umat Islam secara khusus, media massa
yang terlibat dengan aktifitas shaum pun sama, mengingat peran dari media
sendiri yang begitu besar, karena kita harus berhati-hati menjaga kesucian
ibadah shaum ramadhan kita, karena balasan dari shaum Allah sendiri yang tahu
dan menentukannya. Wallahu a’lam
tulisan ini persis seperti penjelasan ustad di kantor saya.
BalasHapusbtw mengomentari paragraf ke-3, "Bila melihat pada kamus...." meski menulis seperti itu, tp sepertinya antum belum melihat KBBI, karena di KBBI dijelaskan (puasa: (2) n Isl salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yg membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari; saum).
begitu juga jika kita melihat definisi (saum: sa·um Ar v puasa).
btw terima kasih tenah menemukan tulisan Saudara. mungkin ada benarnya juga :D
syukron atas komentarnya...:)
BalasHapusuntuk paragraf 3, kebetulan yang jdi referensi saya bukan KBBI, saya lupa lagi,,hehe
itu makanya saya tidak mnyertakan KBBI sbgai referensi (kata kamus nya masih ambigu ya,,hehe)
tapi saya mengutip arti puasa di Kamus Umum Bahasa Indonesia, disana disebutkan bahwa puasa hanya diartikan tidak makan dan tidak minum secara sengaja (terutama berkaita dengan agama).
karena memang orang hindu pun berpuasa untuk ibadah,adapun identik dengan Islam, di kamus yg sama disertakan contoh, itu bila diteruskan dengan ramadhan, tetapi menurut hemat saya, ada nilai filosofis tersendiri yang membedakan antara puasa dan shaum.
sekali lagi terima kasih banyak atas masukannya...:D