Selasa, 10 April 2012

BIOGRAFI SINGKAT SOFYANA JAMIL



Lahir di Bandung 2 Februari 1994 dengan nama Sofyana Jamil, teman kita yang satu ini kini menempuh pendidikan formal di SI Sastra Arab Universitas Padjadjaran (2011). Riwayat pendidikannya dimulai di Sekolah Dasar (SD) Pelita I Cipadung, Bandung (1999), menueruskan ke jenjang menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 46 Cipadung, Bandung (2005); Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Babussalam Dago, Bandung (2008), Selain pendidikan formal, anak ke-1 dari pasangan Mumuh Muslihudin dan Rikrik Sri Tresna Sumirat ini, pernah nyantren di beberapa pesantren, antara lain : Pondok Pesantren Al-Qur’an Babussalam, Dago (2008-2011); Pondok Pesantren Al-Qur’an Ar-Rahman, Cililin  (2011); dan Pondok Pesantren Al-Ihsan, Bandung (2011 – sekarang).
Selama menempuh pendidikan formal, teman kita yang akrab dengan panggilan ian ini juga pernah aktif di beberapa organisasi, ian pernah menjadi Ketua OSIS di SMA Plus Babussalam (2009), Ketua Bidang Ta’lim Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur’an Babussalam (OPPAB) (2008), dan menjadi Ketua Muballigh Hijrah Pondok Pesantren Al-Qur’an Babussalam (2009).
Selama hidupnya, sofyan yang punya hobi membaca dan bermain futsal ini, pernah meraih beberapa prestasi pada beberapa event perlombaan, baik itu dari yang bertipe sport atau akademik juga, antara lain yaitu saat menjadi Juara I Lomba Musabaqah Tilawah Al-Qur’an Pada MTQ antar siswa se-Babussalam di Pondok Pesantren Al-Qur’an Babussalam (2010) dan pernah mendapatkan penghargaan pemain terbaik turnamen futsal se-Babussalam di Pondok Pesantren Al-Qur’an Babussalam 2010 kemarin.
Kini Sofyan juga aktif di kampus sebagai pengurus di DKM Al-Muslih FIB, juga sering ikut berlatih juga bersama Unit Sepak Bola Unpad (USBU) bagian futsalnya, di kelasnya sendiri Sofyan memang dikenal salah satu mahasiswa yang semangat apalagi dalam hal futsal dan bola. Semua kegiatan yang teman kita lakukan ini di kampus tidak jauh dari aktifitasnya juga sewaktu di SMA atau pesantrennya dulu, mungkin ngaji dan futsal sudah menjadi makanan pokok bagi pria penggemar klub spanyol Real Madrid ini.
Sofyana Jamil dapat dihubungi di: www.sofyanajamil.blogspot.com, atau melalui no Hp. 08996963305, atau mengkin bagi yang berani silahkan saja bisa datang ke rumahnya langsung.....hehe

Rabu, 04 April 2012

MENEGASKAN PERAN GENERASI ULUL ALBAB DALAM DIFERENSIASI ISLAM DAN BUDAYA



       Rasulallah SAW diutus ke dunia dengan membawa risalah yang terwujud dalam Islam sebagai Rahmatan lil ‘Aalamiin (Q.S Al-Anbiya:107), yang mampu membawa kesejahteraan dan keamanan bagi semua umat manusia, bukan hanya bagi umat Islam saja. Namun untuk mewujudkan Islam yang demikian, bukanlah hal yang mudah sebagaimana membalikkan telapak tangan kita, mengingat keadaan Islam sama halnya dengan sebuah sungai yang mengalir dari sumbernya yang bersih sampai ke kota yang begitu kotornya akibat tercemar oleh berbagai macam limbah, sehingga perlu adanya “penanganan khusus” dari para “ahli” agar sungai tersebut bisa kembali bersih seperti semula.
Salah satu yang menjadi penghalang akan terwujudnya Islam sebagai Rahmatan lil ‘Aalamin adalah dengan kuatnya pengaruh buruk sosok berbahaya bernama budaya dalam kehidupan manusia dan umat Islam pada khususnya. Budaya mengancam Islam dari dua sisi berbeda yang selama ini selalu menjadi titik inti perjuangan umat Islam, khususnya di Indonesia, yaitu budaya lokal pada golongan/generasi tua dan budaya barat pada golongan/generasi muda, sehingga Amien Rais pun menggunakan istilah “dua batu sandung perjuangan Islam” dalam menyinggung dua budaya ini.
Allah SWT telah berfiman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ.
    Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun, dan tidak mendapat petunjuk. (Q.S Al-Baqarah[2]:170)
Juga dalam sebuah hadits Rasulallah bersabda,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَن.
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy dari Nabi SAW dia berkata, “Kalian pasti akan mengikuti millah-millah orang-orang yang sebelum kalian, dimulai sejengkal demi sejengkal, hingga sehasta demi sehasta, sehingga apabila mereka masuk ke lubang biawak pun kalian akan menikutinya.” Para sahabat bertanya, “Yahudi dan Nasrani-kah ya Rasulallah?” Rasulmenjawab, “Siapa lagi…!” (H.R Bukhari, CD:6775)
Keadaan budaya lokal di Indonesia yang syarat akan pengaruh animisme-dinamisme, Hindu, bahkan Budha masih menjadi sesuatu yang sangat sulit dihilangkan dari para orang tua yang keukeuh, dan budaya barat yang kini mulai menjadi way of life khususnya bagi para pemuda dan remaja menebar banyak bahaya besar bagi aqidah, ibadah, dan mu’amalah umat Islam, baik itu dari syirik, TBC (takhayul, bid’ah, khurafat), sihir, perdukunan, hingga sampai pada dosa-dosa seperti pergaulan bebas, kebobrokan akhlak, pemikiran yang liberal, dan lain sebagainya.
Maka kekuatan ilmu dan iman yang bersatu pada diri seorang generasi Ulul Albab sangatlah dibutuhkan dalam upaya memisahkan antara kebaikan (Islam) dan kebathilan (budaya). Maka tidak salah bila Albert Einstein, seorang tokoh ilmuwan pernah berkata, “Science without religion is lame, religion without science is blind” (ilmu tanpa agama itu pincang, tapi agama tanpa ilmu buta). 

عن أبي سعيد الخدري رضى الله  تعالى عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَده، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ،ومن لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أضْعَفُ الإيمَانِ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA berkata, “Bersabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, jika kamu tidak mampu maka cegahlah dengan lisanmu dan jika kamu tidak mampu juga maka cegahlah dengan hati. Dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)
Generasi Ulul Albab sangat mungkin bahkan harus menjadi yang terdepan dalam meluruskan kemunkaran-kemunkaran, khususnya yang bertopeng kebudayaan, mengingat poin pertama dan kedua sangat mungkin ada pada generasi ini, sehingga umat pun akan terbebas dari perbuatan yang Allah telah melarangnya dalam Al-Qur’an.

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. (Q.S Al-Baqarah[2]:42)
Pengetahuan yang luas dan maju terhadap perkembangan dunia sekelilingnya, kemampuan membaca alam sekitar, dan pergaulan sosial yang mantap merupakan modal penting bagi mereka yang akan mewarisi risalah Raasul, di tambah dengan dasar Qur’an Sunnah yang kuat dalam kehidupannya akan turut membawa para penerus perjuangan tetap dalam keselamatan, hingga kesatuan ini pun perlu kembali ditegaskan pada diri setiap pemuda Islam. Wallahu a’lam