Banyak orang
berkata bahasa arab itu bahasa Al-Quran dan bahasa Al-Quran adalah bahasa arab,
meskipun ada jga yang berpendapat bahwa bahasa Al-Quran adalah bahasa arab
namun tidak semua bahasa arab adalah bahasa Al-Quran. Namun, disini kita
bukanlah membahas dan membicarakan filsafat, jga mengasah kepandaian Dlam
Bermantiq, ada satu hal yang utama yang kita jadikan poin penting dari pendapat
umum di atas, bahwa bahasa arab mempunyai kaitan yang dekat dan kuat dengan
Al-Quran, suatu kemestian bagi seorang muslim memahami keduanya.
Salah satu elemen
terpenting dalam mempelajari Al-Quran –tentunya bahasa arab juga- adalah ilmu
nahwu, ilmu yang mempelajari tentang harokat huruf terakhir dalam bahasa Arab,
apakah rofa, nasab, jar, atau jazm. i.Allah kali ini kita akan membahas salah
satu bagian pokok dalam ilmu nahwu, yakni mengenai marfuatul asma.
Pengertian dan
Macam Marfuatul Asma
Seperti terdengar
dari namanya, marfuatul asma adalah isim-isim yang terkelompokkan yang masing2
masing dari isim ini berada pada posisi marfu dalam i’rabnya, atau dalam
kalimat sederhanaya, marfuatul asma adalah isim-isim yang dirofakan. Pengertian
ini diambil dari kesimpulan yang penulis dapatkan dari beberapa buku sumber,
karena memang hanya sedikit buku rujukan yang menyertakan pengetian marfuatul
asma secara lengkap. Contoh:
إن تستفتحوا فقد جاءكم الفتح وإن تنتهوا فهو
خير لكم...الأية (الأنفال : 19)
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ. (النّخل: 58)
قول معروف ومغفرة خير من
صدقة يتبعها أذى والله غني حليم. (البقرة: 263)
Adapun macam-macam dari marfuatul asma adalah:
-
Fail;
-
Naibul Fail;
-
Mubtada;
-
Khabar;
-
Isim Kana dan
saudaranya;
-
Khabar Inna
dan saudaranya; dan
-
Tawabi isim
marfu.
1. Fail
a. pengertian
fail
Yang pertama masuk
aktegori marfuatul asma adalah fail, dalam bahasa Indonesia, fail biasa disebut subjek, adapun
pengertian fail menurut ulama ilmu nahwu adalah:
اسم
مرفوع تقدّم عليه فعل مبنيّ للمعلوم
Isim marfu yang didahului oleh fiil mabni
malum.
Fail adalah pemilik
atau pelaku pekerjaan (fiil), sedangkan dalam sumber lain, Musthafa Ghulayain
menyatakan bahwa selain fiil ma’lum, yang bisa mendahului fail adalah yang
serupa (Syibhu) dari fiil malum, yakni isim fiil, masdhar, isim tafdhil,
shifat musyabbahah, mubalaghah isim fail, dan isim fail. Dan semuanya mempunyai
fungsi untuk merofakan fail seperti halnya tugas fiil malum[1].
Contoh:
Fail beserta
fiilnya merupakan komponen utama dalam membentuk sebuah tarkib yang biasa
disebut tarkib isnady, sama halnya dengan mubtada dan khabar. Bedanya, fail dan
fiil –dalam susunanya fiil-fail- membentuk tarkib jumlah filiyah, sedangkan mubtada dan
khabar membentuk tarkib jumlah ismiyah[2].
b. macam-macam fail
Dalam pembagiannya,
fail terbagi ke dalam tiga macam, yakni sharih, dhamir, dan muawwal.
Pertama, fail
sharih, maksudnya adalah fail yang terbentuk dari isim dhahir sharih (isim yang
jelas atau murni), bukan kata ganti orang. Contoh:
(الشعراء: 224). والشعراء يتبعهم الغاوون
Kedua, fail dhamir,
ini kebalikan dari yang pertama, fail ini terbentuk dari isim dhamir atau yang
biasa dikenal dalam bahasa indonesia sebagai kata ganti, baik kata ganti orang
pertama, kedua, atau ketiga. Contoh:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا
عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Dalam perkembangannya, fail dhamir juga
terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
-
Fail dhamir
muttasil, yakni yang bersambung langsung dengan fiilnya. Seperti:
وَقَالُوا
لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ}
(التوبة: 81)
-
Fail dhamir
munfasil, yakni yang terpisah dari fiilnya. Seperti:
ما قام إلّا أنا
-
Fail dhamir
mustatir, yakni failnya yang bersembunyi, maksud sembunyi disini adalah
takdir failnya ada, tetapi dalam
penulisannya tidak disertakan[3].
Contoh:
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقينَ إِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْداً َ
Ketiga, fail
muawwal, maksudnya ialah fail dalam jenis ini adalah fail yang disertakan
tetapi tidak dalam bentuk fail seperti biasanya, fail ini ditulis dalam bentuk
fiil yang diawali oleh huruf mashdariyah[4]
yang kemudian fiil itu ditakwil menjadi bentuk masdhar nya. Bentuk masdhar nya
itu lah yang kemudian mempunyai makna dan posisi sebagai fail dalam kalimat
tersebut. Contoh:
وَلَوْ
أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّىٰ تَخْرُجَ
إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
c. Hukum Fail
dalam
penggunaannya, fail mempunyai beberapa pakem yang tidak bisa dirubah, yang mana
pakem ini akan berpengaruh terhadap kedudukan dan arti fail jika dirubah,
bahkan akan membatalkan pembentukan fail itu sendiri. Pakem ini erat kaitannya
dengan kondisi fiilnya juga. Aturan-aturan itu adalah:
-
Fiil dan fail
harus bersesuaian satu sama lain dalam hal mudzakkar dan muannatsnya.
-
Fiil harus
tetap dalam keadaan mufrod walau failnya berbentuk mutsanna atau jamak.
Khusus dalam hukum
tanits (memuannatskan) fiil, ada beberapa keadaan yang harus diperhatikan,
yaitu:
1. Fiil wajib muannats, ini terjadi jika dalam
beberapa kondisi, diantaranya:
a.
Jika failnya
muannats hakiki dan bersambung dengan fiil.
b.
Jika failnya
dhamir mustatir dan kembali kepada isim muannats hakiki atau majaz.
c.
Failnya
berupa isim dhamir dan maknanya kembali kepada jamak muannats salim atau jamak
taksir ghair aqil.
2. Fiil boleh muannats boleh mudzakkar, ini bisa
terjadi jika dalam posisi:
a.
Jika failnya
adalah isim dhahir muannats majazi.
b.
Jika failnya
muannats hakiki namun antara fiil dan failnya terpisah oleh kalimat lain.
c.
Failnya
dhamir munfashil muannats.
d.
Dhamirnya
muannats dhahir dari fiil ni’ma, bi’sa, atau saa-a.
e.
Failnya jamak taksir untuk muannats dan mudzakkar, meskipun lebih cocok
jika sesuai dengan bentuk mufrodnya.
f.
Jika failnya
isim dhamir yang kembali pada makna jamak taksir bagi mudzakkar aqil.
g.
Jika failnya mulhaq jamak mudzakkar salim.
h.
Failnya berupa isim jamak.
أكرم رجلا مسكا
خلقه
Kata خلق menjadi fail dari mashdar
مسكا , karena mashdar tersebut
merupakan isim mustaa dari kalimat sebelumnya dan masuk ke dalam kelompok
syibhu fiil ma’lum. Pembahasan lebih jelas insya Allah akan diurai pada
waktunya.
[2]Murakkab (tarkib) adalah ucapan yang tersusun
dari dua kalimat atau lebih yang mempunyai faidah. Murakkab ada enam, yaitu
isnadiy, majaziy, idhafiy, bayaniy, ‘athfiy, dan ‘adadiy. Susunan fiil dan fail
sendiri merupakan bagian dari murakkab isnadiy selain susunan dari mubtada dan
khabar, atau susunan isnadiy ini yang akrab diebut dengan jumlah.
[3] Fail mustatir terbagi juga kepada dua, pertama, fail dhamir mustatir
jawaz, maksudnya dalah si fail itu boleh di sembunyikan boleh juga ditampakkan
(disebut/dituliskan). Ini jika terjadi
pada fiil madly atau mudhari yang takdirnya ghaib mufrad, baik mudzakkar atau
muannats. Kedua, fail dhamir mustatir wujub, maksudnya si
fail ini wajib disembunyikan (dari penulisan/pengucapan). Ini
terjadi pada fiil mudhari dan amr yang mukhattab mufrad, mudhari mutakallim, mufrad atau jamak.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar