Minggu, 27 Oktober 2013

MARFUATUL ASMA DAN MACAM-MACAMNYA (bagian 1)



Banyak orang berkata bahasa arab itu bahasa Al-Quran dan bahasa Al-Quran adalah bahasa arab, meskipun ada jga yang berpendapat bahwa bahasa Al-Quran adalah bahasa arab namun tidak semua bahasa arab adalah bahasa Al-Quran. Namun, disini kita bukanlah membahas dan membicarakan filsafat, jga mengasah kepandaian Dlam Bermantiq, ada satu hal yang utama yang kita jadikan poin penting dari pendapat umum di atas, bahwa bahasa arab mempunyai kaitan yang dekat dan kuat dengan Al-Quran, suatu kemestian bagi seorang muslim memahami keduanya.
Salah satu elemen terpenting dalam mempelajari Al-Quran –tentunya bahasa arab juga- adalah ilmu nahwu, ilmu yang mempelajari tentang harokat huruf terakhir dalam bahasa Arab, apakah rofa, nasab, jar, atau jazm. i.Allah kali ini kita akan membahas salah satu bagian pokok dalam ilmu nahwu, yakni mengenai marfuatul asma.
Pengertian dan Macam Marfuatul Asma
Seperti terdengar dari namanya, marfuatul asma adalah isim-isim yang terkelompokkan yang masing2 masing dari isim ini berada pada posisi marfu dalam i’rabnya, atau dalam kalimat sederhanaya, marfuatul asma adalah isim-isim yang dirofakan. Pengertian ini diambil dari kesimpulan yang penulis dapatkan dari beberapa buku sumber, karena memang hanya sedikit buku rujukan yang menyertakan pengetian marfuatul asma secara lengkap. Contoh:
إن تستفتحوا فقد جاءكم الفتح وإن تنتهوا فهو خير لكم...الأية (الأنفال : 19)
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ. (النّخل: 58)
قول معروف ومغفرة خير من صدقة يتبعها أذى والله غني حليم. (البقرة: 263)
Adapun macam-macam dari marfuatul asma adalah:
-          Fail;
-          Naibul Fail;
-          Mubtada;
-          Khabar;
-          Isim Kana dan saudaranya;
-          Khabar Inna dan saudaranya; dan
-          Tawabi isim marfu.

1. Fail
a. pengertian fail
Yang pertama masuk aktegori marfuatul asma adalah fail, dalam bahasa  Indonesia, fail biasa disebut subjek, adapun pengertian fail menurut ulama ilmu nahwu adalah:
اسم مرفوع تقدّم عليه فعل مبنيّ للمعلوم
Isim marfu yang didahului oleh fiil mabni malum.
Fail adalah pemilik atau pelaku pekerjaan (fiil), sedangkan dalam sumber lain, Musthafa Ghulayain menyatakan bahwa selain fiil ma’lum, yang bisa mendahului fail adalah yang serupa (Syibhu) dari fiil malum, yakni isim fiil, masdhar, isim tafdhil, shifat musyabbahah, mubalaghah isim fail, dan isim fail. Dan semuanya mempunyai fungsi untuk merofakan fail seperti halnya tugas fiil malum[1]. Contoh:
فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ. (ص: 73)
Fail beserta fiilnya merupakan komponen utama dalam membentuk sebuah tarkib yang biasa disebut tarkib isnady, sama halnya dengan mubtada dan khabar. Bedanya, fail dan fiil –dalam susunanya fiil-fail- membentuk tarkib jumlah filiyah, sedangkan mubtada dan khabar membentuk tarkib jumlah ismiyah[2].
b. macam-macam fail
Dalam pembagiannya, fail terbagi ke dalam tiga macam, yakni sharih, dhamir, dan muawwal.
Pertama, fail sharih, maksudnya adalah fail yang terbentuk dari isim dhahir sharih (isim yang jelas atau murni), bukan kata ganti orang. Contoh:
 (الشعراء: 224). والشعراء يتبعهم الغاوون
Kedua, fail dhamir, ini kebalikan dari yang pertama, fail ini terbentuk dari isim dhamir atau yang biasa dikenal dalam bahasa indonesia sebagai kata ganti, baik kata ganti orang pertama, kedua, atau ketiga. Contoh:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Dalam perkembangannya, fail dhamir juga terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
-          Fail dhamir muttasil, yakni yang bersambung langsung dengan fiilnya. Seperti:
وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ} (التوبة: 81)
-          Fail dhamir munfasil, yakni yang terpisah dari fiilnya. Seperti:
ما قام إلّا أنا
-          Fail dhamir mustatir, yakni failnya yang bersembunyi, maksud sembunyi disini adalah takdir  failnya ada, tetapi dalam penulisannya tidak disertakan[3]. Contoh:
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقينَ إِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْداً َ
Ketiga, fail muawwal, maksudnya ialah fail dalam jenis ini adalah fail yang disertakan tetapi tidak dalam bentuk fail seperti biasanya, fail ini ditulis dalam bentuk fiil yang diawali oleh huruf mashdariyah[4] yang kemudian fiil itu ditakwil menjadi bentuk masdhar nya. Bentuk masdhar nya itu lah yang kemudian mempunyai makna dan posisi sebagai fail dalam kalimat tersebut. Contoh:
وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّىٰ تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
c. Hukum Fail
dalam penggunaannya, fail mempunyai beberapa pakem yang tidak bisa dirubah, yang mana pakem ini akan berpengaruh terhadap kedudukan dan arti fail jika dirubah, bahkan akan membatalkan pembentukan fail itu sendiri. Pakem ini erat kaitannya dengan kondisi fiilnya juga. Aturan-aturan itu adalah:
-          Fiil dan fail harus bersesuaian satu sama lain dalam hal mudzakkar dan muannatsnya.
-          Fiil harus tetap dalam keadaan mufrod walau failnya berbentuk mutsanna atau jamak.
Khusus dalam hukum tanits (memuannatskan) fiil, ada beberapa keadaan yang harus diperhatikan, yaitu:
1.       Fiil wajib muannats, ini terjadi jika dalam beberapa kondisi, diantaranya:
a.       Jika failnya muannats hakiki dan bersambung dengan fiil.
b.      Jika failnya dhamir mustatir dan kembali kepada isim muannats hakiki atau majaz.
c.       Failnya berupa isim dhamir dan maknanya kembali kepada jamak muannats salim atau jamak taksir ghair aqil.
2.       Fiil boleh muannats boleh mudzakkar, ini bisa terjadi jika dalam posisi:
a.       Jika failnya adalah isim dhahir muannats majazi.
b.      Jika failnya muannats hakiki namun antara fiil dan failnya terpisah oleh kalimat lain.
c.       Failnya dhamir munfashil muannats.
d.      Dhamirnya muannats dhahir dari fiil ni’ma, bi’sa, atau saa-a.
e.      Failnya jamak taksir untuk muannats dan mudzakkar, meskipun lebih cocok jika sesuai dengan bentuk mufrodnya.
f.        Jika failnya isim dhamir yang kembali pada makna jamak taksir bagi mudzakkar aqil.
g.       Jika failnya mulhaq jamak mudzakkar salim.
h.      Failnya berupa isim jamak.


[1] . salah satu contoh dari syibhu fi’li ma’lum adalah:
أكرم رجلا مسكا خلقه
Kata خلق menjadi fail dari mashdar مسكا , karena mashdar tersebut merupakan isim mustaa dari kalimat sebelumnya dan masuk ke dalam kelompok syibhu fiil ma’lum. Pembahasan lebih jelas insya Allah akan diurai pada waktunya.
[2]Murakkab (tarkib) adalah ucapan yang tersusun dari dua kalimat atau lebih yang mempunyai faidah. Murakkab ada enam, yaitu isnadiy, majaziy, idhafiy, bayaniy, ‘athfiy, dan ‘adadiy. Susunan fiil dan fail sendiri merupakan bagian dari murakkab isnadiy selain susunan dari mubtada dan khabar, atau susunan isnadiy ini yang akrab diebut dengan jumlah.
[3] Fail mustatir terbagi juga kepada dua, pertama, fail dhamir mustatir jawaz, maksudnya dalah si fail itu boleh di sembunyikan boleh juga ditampakkan (disebut/dituliskan). Ini jika terjadi pada fiil madly atau mudhari yang takdirnya ghaib mufrad, baik mudzakkar atau muannats. Kedua, fail dhamir mustatir wujub, maksudnya si fail ini wajib disembunyikan (dari penulisan/pengucapan). Ini terjadi pada fiil mudhari dan amr yang mukhattab mufrad,  mudhari mutakallim, mufrad atau jamak.

[4] Hurf mashdariyyah adalah أن، أنّ، كي، ما، لو.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar