Rabu, 10 September 2014

Misi Mulia bernama Jihad



قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِه
Nabi SAW Bersabda: “Seorang Mukmin berjihad dengan pedang dan lisannya.”
Takhrij Hadits
Hadits di atas terdapat dalam beberapa riwayat yang berbeda, diantaranya adalah:
1.    Musnad Ahmad musnad Makkiyyin bab hadits Ka’ab bin Malik Al-Anshari no. 15225; bab hadits Ka’ab bin malik no. 25921.
2.    Shahih Ibnu Hibban Kitab bab Fardhul-Jihad no. 4707.
3.    Sunan Baihaqi kitab Syahadah bab Syahadatisy-Syu’ara no. 20897.




Matan Hadits
Redaksi (matan) hadits di atas secara lengkap dalam musnad Ahmad seperti berikut,
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الشِّعْرِ مَا أَنْزَلَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدْ أَنْزَلَ فِي الشِّعْرِ مَا قَدْ عَلِمْتَ وَكَيْفَ تَرَى فِيهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ.
Telah berkata kepada kami Abul-Yaman, ia berkata telah mengabarkan kepada kami Syuaib, dari az-Zuhri, dia berkata telah menceritakan kepadaku Abdur-Rahman bin Abdillah bin Ka’ab bin Malik, bahwa ketika Allah SWT menurunkan (hikmah) dalam bentuk syair, Ka’ab bin Malik mendatangi Rasulallah SAW dan berkata: sesungguhnya Allah telah menurunkan (hikmah) dalam bentuk syair, kau pun sungguh mengetahuinya, dan apa pendapatmu terhadap ini? Rasulallah SAW menjawab: Sungguh seorang mukmin itu berjihad dengan pedang dan Lisannya.”

Ada beberapa perbedaan redaksi dalam sumber lain, seperti dalam hadits riwayat Ibnu Hibban,
أخبرنا أبو يعلى، حدثنا أحمد بن عيسى المصري، قال: حدثنا بن وهب، قال: أخبرني يونس، عن بن شهاب، عن عبد الرحمن بن كعب بن مالك عن أبيه أنه قال: يا رسول الله ما ترى في الشعر قال: "إن المؤمن يجاهد بسيفه ولسانه، والذي نفسي بيده لكأنما تنضحونهم بالنبل.
Di dalam riwayat Baihaqi sebagai berikut,
إن الله عز و جل قد أنزل في الشعر ما أنزل قال إن المؤمن يجاهد بسيفه ولسانه والذي نفسي بيده لكأنما ترمونهم به نضح النبل كذا قال.
Syarah Mufradat
Dalam pembahasan hadits kali ini, satu hal yang menjadi topik utama bahkan tidak pernah luntur ditelan jaman, yaitu mengenai makna jihad dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kata Al-Jihad (الْجِهَادُ) dengan dikasrah huruf jim asalnya secara bahasa bermakna {الْمَشَقَّةُ} atau {الْوُسْعُ} yang bermakna usaha, kesulitan, kesukaran, kepayahan, dan kemampuan.[1] Ibnu Abbas[2] mengatakan bahwa jihad adalah “mencurahkan kemampuan padanya dan tidak takut karena Allah terhadap celaan orang yang suka mencela.” Sedangkan Ar-Raghib Al-Ashfahani menyebutkan pengertian jihad sebagai berikut,
والجهاد والمجاهدة: استفراغ الوسع في مدافعة العدو
Jihad dan mujahadah (pejuang): mencurahkan segenap kemampuan dalam melawan musuh.
Selanjutnya Ar-Raghib membagi jihad dalam tiga macam, yakni jihad melawan musuh yang nyata, jihad melawan syetan, dan jihad melawan diri sendiri.
Dari beberapa keterangan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
1.    Jihad merupakan sebuah aktifitas yang perlu usaha secara sungguh-sungguh, hanya mereka yang meridhai kesulitan menimpa dirinya sekaligus mempunyai kemampuan untuk menghadapi segala kesukaran.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
“celakalah para pemuja dinar, dirmah, qatifah, dan khamishah, jika mereka diberi maka mereka ridha, dan jika tidak diberi maka mereka tidak ridha.” (HR Bukhari)
2.    Diri sendiri merupakan musuh terbesar dan paling sulit untuk ditaklukkan daripada musuh nyata secara fisik juga syetan sebagai musih yang tidak tampak.
المجاهد من جاهد نفسه لله عز وجل
"Seorang mujahid adalah yang berjihad melawan hawa nafsunya di jalan Allah“.(HR. Imam Tirmidzi)
3.    Dari sekian banyak pengertian jihad, tidak ada yang menyebutkan perang secara eksplisit sebagai pengertian jihad, ini menunjukkan bahwa perang hanya salah satu bentuk dari jihad.
Rasulullah SAW menjenguknya (seorang sahabat yang sedang sakit) maka salah seorang keluarganya berkata,”Sesungguhnya kami berharap bila kakek kami wafatnya syahid berperang dalam Sabilillah. Rasulullah SAW menjawab: Sesungguhnya mati syahidnya umataku jika begitu (mati dalam peperangan) niscaya sedikit sekali (yang mati syahid), berperang dalam jalan Allah itu syahid, mati karena sakit itu syahid, dan wanita mati melahirkan itu syahid – yakni hamil – dan tenggelam, dan terbakar dan majnub – yaitu yang mati sakit lambung – itu mati syahid.”
Syarah Ijmali
Masuk surga secara otomatis bahkan menempati tempat VVIP menjadi keinginan setiap orang tentunya, apalagi ketika kesadaran akan adanya peluang itu baru diterima dan bersifat hal baru, tentu semangat menggebu tak tertahankan yang menguasai diri, beginilah gambaran beberapa muslim yang tersadarkan akan tiket itu namun masih awam akan hakikatnya, sehingga semangat ini justru dimanfaatkan oleh sebagian kelompok bahkan tersalurkan dengan salah.
Jihad sebagai salah satu dari tiket istimewa itu, telah tergiring dengan sendirinya, melalui masa lalu dan perkembangan jaman, pada posisi kontroversial yang diawali oleh kesalahfahaman kebanyakan orang terhadap konsep jihad itu sendiri. Padahal menilik posisinya dalam pandangan Allah, dengan keluhuran nilainya jihad bukanlah sesuatu yang harus sampai pada kondisi seperti saat ini (baca kritis dan kontroversial).
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ.
Aku bertanya kepada rasulallah SAW tentang amal apa yang paling Allah SWT cintai, beliau menjawab Shalat tepat pada waktunya. Kemudian apa? Rasul menjawab: Berbuat baik kepada kedua orang tua, aku bertanya kemudian apa? Rasul menjawab: Jihad pada jalan Allah.” (Shahih Bukhari no. 5513)
Lalu mengapa jihad digambarkan dengan sebuah wajah yang menyeramkan, dekat kaitannya dengan terorisme? Ini tidak terlepas dari dua unsur utama yang sangat berbahaya jika dibiarkan. Pertama, serangan dari luar Islam sendiri yang terus gencar mempropagandakan Islam sebagai teroris, ini upaya umat takut untuk melakukan salah satu tugas mulia dalam Islam, pengertian jihad dipersempit hanya pada hal-hal yang bersifat kekerasan, ini selaras dengan firman Allah mengenai hati musuh-musuh Islam.
 وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ... الأية
“dan sekali-kali yahudi dan nashrani tidak akan pernah merasa ridha sehingga kamu mengikuti millah mereka….” (Al-Baqarah: 120)
Kedua, citra jihad dan Islam sebagai ajaran kekerasan dan terorisme lebih diakibatkan oleh ulah umat Islam sendiri, keinginan untuk hidup mulia tidak dibarengi dengan ilmu dan usaha yang mumpuni, alhasil banyak ajaran yang disalahartikan dan tidak diserap secara semestinya dan setengah-setengah, ini tergambar pada beberapa orang yang melihat masa lalu islam dalam berdakwah, terlalu fokus terhadap kondisi nabi waktu itu dan tidak memiliki konteks kekinian.
Melihat hadits di atas secara sekilas tampak menyeramkan dengan adanya kalimat bi-saifihi (dengan pedangnya), apalagi ditambah dalam hadits lain bahwa surge ada pada baying-bayang pedang, namun hal ini bukan berarti penafsiran dari kata tersebut bahwa perang adalah satu-satunya jalan jihad, perang (dengan pedang) hanyalah bentuk kesungguhan seseorang dalam berjihad, itu pun dengan melalui beberapa kewajiban yang lebih diutamakan daripada berjihad, seperti berbakti pada orang tua dan mencari ilmu.[3]
Selain itu, dalam konteks umum istilah pedang juga bisa berarti senjata, semua orang bisa berjuang mengatas namakan jihad jika yang diusahakan adalah meninggikan kalimat Allah, dan yang dilawan meliputi tiga, gangguan dari musuh Islam secara nyata, melawan keragu-raguan yang dibisikkan syetan, juga melawan dan mengalahkan kemalasan dalam diri sendiri.
Lisan dan Pena sebagai Senjata Jihad Pemuda
“menjadi pemuda harus selihat wartawan dalam menulis dan seulung negarawan dalam berorasi”, demikian sebuah nasihat dari HOS Cokroaminoto yang disampaikan pada para pemuda. Mahasiswa sebagai figur nyata dan patron pemuda, harus menjadi garda terdepan dalam mengambil langkah jihad melalui dua hal ini, lisan dan pena sebagai pedang harusnya menjadi wasilah paling mudah dalam melaksanakan misi jihad ini. Ada beberapa alasan yang membuat kaum muda untuk tidak lari dari dua kemampuan (baca: Jihad) ini, diantaranya sebagai berikut:
1.    Kondisi sosio-kultural saat ini yang mengedepankan pemikiran dalam melakukan penyerangan terhadap lawan ideologis.
2.    Tulisan dan lisan merupakan media paling efektiif undung tersampaikan dan didengarkan.
3.    Melawan pemimpin dzalim, mencari ilmu, menjaga dan menghindarkan diri dari maksiat, juga memakmurkan masjid adalah jalan-jalan jihad yang membutuhkan akan kemampuan menulis dan berbicara.
4.    Dengan jihad lisan dan tulisan, jihad Islam akan lebih diterima daripada jihad dengan cara perang baik oleh umat Islam maupun diluar Islam.
5.    Inti dari semua jihad adalah hadirnya kesungguh-sungguhan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Namun satu yang harus diingat, bahwa misi mulia ini bernama jihad, dan apapu bentuk dan nama jihad, kesulitan dan kesungguhan dalam menghadapinya akan berlipat ganda demi hasil yang mulia. Wallahu a’lam




[1] Muhammad bin Mukarram bin Mandzur Al-Afriqi Al-Mishri, Lisaanul-‘Arab jil. 2 hal. 395-396;  dan Mu’jamul-Wasith jil. 1 hal. 142.
[2] Dalam Zaadul Ma’ad karangan Syeikh Ibnu Qayyim jauziyyah jil. 3 hal. 8
[3] Q.S At-Taubah: 122
 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُ‌وا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ‌ مِن كُلِّ فِرْ‌قَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُ‌وا قَوْمَهُمْ إِذَا رَ‌جَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُ‌ونَ 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar